Yang pasti, saya masih agak susah menemukan lampu LED bohlam untuk penggunaan rumah. Di toko listrik di dekat rumah belum tersedia. Yang bertebaran adalah lampu TL murah seharga 7000-an.
Kenapa pergerakan lampu LED didaerah saya lambat? Sempet berpikir apa karena saya tinggal di pedesaan sehingga distribusi jadi tersedat.
Setelah ditelisik, ternyata itu bukan jawaban yang tepat. Karena kenyataannya, lampu hemat energy dari merk terkenal banyak tersedia disini.
Akhirnya saya punya jawaban yang lebih masuk akal ; faktor harga! Harga lampu LED cenderung lebih mahal di banding lampu hemat energy biasa, apalagi dengan lampu merk murah seperti yang saya sebutkan diatas.
Mungkin para produsen ketakutan produk yang dibuatnya tidak laku dipasaran. Ya iyalah bos, kalo ada yang lebih murah kenapa harus bayar yang mahal.
Saya tidak tahu teknologi apa yang membuat harga lampu led masih mahal. Saya juga tidak mengerti komponen apa yang membuat harga belum bisa di tekan serendah mungkin.
Yang saya ( konsumen ) mau adalah harga pembelian murah. Konsumen kelas bawah seperti saya tidak paham dengan rumus amortisasi. Masyarakat kelas bawah enggan menghitung biaya penghematan dalam jangka panjang. Masyarakat juga seperti masih tutup mata dengan produk ramah lingkungan jika tidak menguntungkan dari segi penghematan saat itu juga.
Saya pernah membaca tentang keunggulan lampu LED dibanding lampu biasa. Soal hemat biaya. Keamanan. Ramah lingkungan, dan sebagainya.
Bacaan seperti itu hanyalah pengetahuan yang tidak berdampak besar pada tindakan konsumen. Biarkan saja mereka (pihak-pihak yang berkepentingan) berusaha mengedukasi konsumen. Kalau harga masih mahal ngapain di beli.
Yang dinanti sangat sederhana : harganya murah. Selebihnya, biarkan pengalaman pengguna yang bicara.